Untaian Kata di atas Lipatan Kertas

Hasil gambar untuk surat

Senja hadir dalam tawa. Rasa bercampur dengan rindu. Mengaduk hati yang menggenggam ragu. Kamu tahu? Hadirmu serupa senja yang pergi. Menyisakan kerinduan yang tak terperi. Menebar rasa ingin memiliki.

Pernah aku berpikir, bila hadirmu serupa dengan senja yang merindu, lantas apalah arti diriku? Kehadiran fajar yang memabukkan? Atau seperti mu, kemunculan senja yang romantis. Nyatanya, diriku bukanlah keduanya. Hadirku tidak merabai fajar, tidak juga tercumbu senja. Seperti halnya dengan gelap yang menyerap terang, adaku karena malam. Hitam yang membunuh putih. Tak akan ada pantas bagiku untuk menandingi mu. Bukankah begitu jalan alam bekerja? Malam dan fajar tak akan pernah bisa berbarengan, begitu pula dengan malam dan senja. Dan kurasai, itulah cara semesta berkonspirasi. Aku dan kamu, tak berkesempatan dengan kata kita. Kamu dengan terang, aku dengan gelap. Sesederhana itu? Tidak.

Aku dan kamu, berada dalam tingkatan yang berbeda. Kamu berada di atas, tak terjangkau oleh raihan tangan. Sedang aku, adaku berada di bawah, tertimbun oleh sejuta rasa yang tak terucap. Pungguk yang memandang bulan, benarkan? Kamu itu semacam gemilang bintang di langit malam. Jadilah dirimu, berdiam diri, muncullah di hadapan khalayak. Tak ada satupun orang yang kan menolak hadirmu. Tidak ada orang yang menolak keindahan, bukan begitu?

Perlu kamu ketahui, aku dan kamu berbeda. Kita terlahir dalam keadaan yang terbalik. Lingkup hidupmu penuh oleh cinta, kasih yang tak terhingga. Dan aku, sebutir kasih mungkin amat jarang aku dapatkan. Jadilah itu suatu perbedaan antara aku dan kamu. Sudah mengerti? Tak mungkin ada kata bersama. Jauh-jauh hari aku telah memahami itu. Aku dan kamu, tidak kita.

Jadi Kakanda, ada kalanya berhenti adalah pilihan yang paling bijak. Menyerah karena mementingkan realita, bukan angan yang hanya menjadi harapan. Ada milyaran wanita lain, lupakan aku. Jalani hidupmu. Kendati hati tak pernah selaras dengan pikiran. Setidaknya kali ini aku yakin, itulah pilihan terbaik.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dari Adinda, untuk Kakanda di seberang.

Komentar